Kamis, 23 Juli 2015

Sarak Terung nan Lezat juga Sebuah Renungan Diantara Berita Duka

"the day of my birth, my death began its walk. its walking towards me, without hurrying"

-JEAN COCTEU- 


Kematian sering kali datang tanpa memberi salam, seperti seorang pencuri dimalam hari yang diam mengendap, merampas tanpa menyisakan apapun. Siang tadi, saya mendapat bbm dari seorang sahabat, ia menanyakan apakah saya masih mengingat sebuah nama teman kuliah yang cukup kabur diingatannya. Sahabat saya lebih dahulu mengetahui kabar duka itu dari jejaring sosial, kemudian menyampaikannya kepada saya. Astagaaa.. seketika saya terdiam, entahlah mungkin waktu milik sayapun seakan-akan berjalan lambat untuk sesaat hingga kemudian saya melangitkan doa untuknya terlebih para keluarga dan kerabat yang ditinggalkan olehnya. Tepat dua hari sebelumnnya, sayapun secara tak sengaja mendapatkan kabar duka dari teman saya lainnya dari status yang dipasangnya disalah satu aplikasi messenger. Sungguh, saya tak pernah menduga bahwa kematian begitu cepat menyapa dirinya karena bahkan saya tak pernah tahu bahwa dirinya dijangkiti infeksi saluran otak!! ahhh.. Memang kami memang tak cukup dekat untuk dapat dikatakan sebagai seorang sahabat yang kerap bertukar informasi dan kabar mengenai satu sama lainnya. Hanya sesekali saja diantara kami saling berbasa-basi melalui jejaring sosial. Dulu, dikampuspun kami mungkin hanya beberapa kali berkesempatan untuk berbicara dan tertawa bersama. Namun, kedua berita duka itu sungguh mendatangkan kesedihan bagi saya.  Tadi, ntah untuk keberapa kali saya menyadari, bahwa Tuhan mempunyai cara yang luar biasa didalam hidup ini. Melalui berita-berita kematian ini, seakan Tuhan mengajak saya untuk mengingat mensyukuri akan kehidupan. saya seakan juga diajak merenungi akan kematian milik saya kelak #mewek. Salam terakhir untukmu dua temanku, sampai bertemu nanti di Rumah Bapa yang KEKAL.


Baiklah... sekarang kita udahan sedih-sedihannya dan kembali membahas mengenai sarak terung nan lezat ini. sebenarnya ini sudah saya buat beberapa waktu yang lalu, namun ketika hendak mengetiknya ulang resepnya diblog saya selalu saja tergoda untuk browsing-browsing hal-hal lain. Sepertinya untuk memulai aktifitas ngeblog ini lumayan berat perjuangannya. saya jadi semakin kagum deh sama blogger-blogger terlebih lagi kepada food blogger. Ide untuk membuat sarak terung ini secara tak sengaja saya dapatkan ketika saya browsing di internet mengenai olahan sayuran. sebenarnya, saya jauh lebih sering mati ide ketika harus memasak sayuran dibandingkan memasak aneka lauk pauk.  Jadi, bisa terbayangkan kan, bahagianya saya menemukan resep ini saat itu karena saya memang belum pernah mengolah bahkan mencoba masakan ini? Ketika saya membagikan foto sarak terung kepada group masak yang saya ikuti, saya baru tahu berkat teman saya di group masak itu bahwa sarak terung ini biasa disajikan pada saat pesta-pesta adat terutama acara pernikahan adat Melayu Deli. Dan menurut teman itu bahwa memang hampir tidak ada warung makan yang menjual sajian ini di rumah makan di Medan sana. Pantas saja, saya belum pernah menikmati makanan ini ketika mudik ke Medan. Sarak terung memang tak sepopuler masakan-masakan khas Sumatera Utara lainnya seperti Sayur Tauco, Soto Medan, Ikan Tinombur, Arsik, BPK dan banyak lagi karena memang Medan memang surga kuliner bagi pecandu makan seperti saya. Sangat disayang sekali, karena sarak terung ini memang sungguh luar biasa nikmatnya menurut saya. Resep yang saya gunakan diambil dari website sajian sedap yang akan saya tuliskan kembali.
Sarak Terung 
untuk 8 porsi
bahan-bahan:
  • 500 gram terung, belah dua memanjang, dipotong menjadi 3 bagian, kerat-kerat bagian putihnya agar cepat matang.
  • 2 batang serai, diambil bagian putihnya saja, dimemarkan
  • 50 gram ebi, diseduh, sangrai, haluskan
  • 500 ml santan dari setengah butir kelapa
  • 1 sdt garam
  • 1 sdt gula pasir
  • 75 gram kacang tanah sangrai, haluskan (saya gak pakai)
  • 1/2 sdt asam jawa dan satu sdm air hangat, larutkan
  • 2 sdm minyak goreng untuk menumis
bumbu halus:
  •  9 butir bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 1 sdt ketumbar
  • 1/8 sdt jinten
  • 2 cm kunyit
  • 2 cm lengkuas
Cara memasak:
  1. Panaskan minyak, kemudian tumis bumbu halus, serai dan ebi hingga harum dan matang
  2. Tambahkan terung kemudian aduk rata. Masukan santan garam dan gula pasir. Masak sampai mendidih.
  3. tambahkan kacang tanah, kelapa sangrai dan air asam jawa. masak hingga matang. Sajikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar