Senin, 24 Agustus 2015

Merasa stress?? Ayo Coba Kembali Aktifitas Mewarnai!

gambar diambil dari sini
Heyy... Ayo ngaku, siapa yang masih menganggap aktifitas mewarnai itu hanya milik anak-anak saja?? Pasti banyak kan?? #mulai suudzon #minta dikeplak >.< . Memang sih aktifitas mewarnai emang masih cendrung dianggap sebagai milik anak-anak saja, jika sudah dewasa maka seolah-olah ada tuntutan untuk udah naik level menjadi pelukis profesional atau minimal sebagai pelukis amartiran yang melukis cuma sebagai salah satu cara untuk menyalurkan hobby atau pengisi waktu luang saja. Namun sebenarnya mewarnai itu juga sangat bagus bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Mau tahu bagaimana mewarnai dapat memberikan banyak manfaat?? Lanjut atuh bacanya sampai habis.. Ehhh.. :D

Sabtu, 15 Agustus 2015

Vege Tom Yum with Tofu

Terus terang saja, belakangan saya lumayan malas untuk berkutat didapur kecil milik kost-kostan. Mahalnya harga bahan baku untuk memasak memang selalu saja berhasil menyurutkan niat saya untuk memasak meski ada banyak keinginan untuk segera mengeksekusi resep-resep masakan yang saya kumpulkan sehabis berselancar di dunia maya. Biaya yang mungkin harus dikeluarkan untuk membuat makanan yang bisa saya santap seorang diri atau bila beruntung ada pacar dan sahabat kebetulan ikut mencicipinya mungkin hampir sama bahkan bisa lebih mahal dibandingkan saya makan diwarung-warung nasi yang menjamur disekitar belakang kampus saya. Misalnya saja beberapa waktu yang lalu ketika Hengky, pacar saya, request untuk dimasakin ayam goreng lengkuas. Bila dihitung-hitung, mungkin hanya ada selisih dua ribu rupiah saja antara harga ayam mentah dan beberapa potong ayam goreng rica disalah satu warung belakang kampus!! Ntahlah, saya sangat sulit membayangkan mengapa harga yang dibandrol oleh warung itu untuk sepotong paha ayam goreng rica hanya 5000 rupiah saja sedangkan saya membeli 500 gram paha ayam (isi 4 buah) dengan harga delapan belas ribu rupiah!!! Tentu saja, sejak itu saya lumayan malas untuk memasak namun juga enggan untuk mengkonsumsi ayam untuk sementara waktu meski membelinya diwarung makan, dengan harga-harga dipasaran yang menjulang tinggi bak roller coster mustahil rasanya bagi saya untuk tidak curiga terhadap kualitas bahan-bahan yang digunakan di warung makan apabila ia menjual masakannya dengan harga segitu.

Selasa, 04 Agustus 2015

Bijak Menentukan Uang Saku Anak

Seingat saya, pertama kali saya mendapatkan uang saku itu ketika berada dikelas 3 SD dan jumlahnya saya ingat pasti hanya 500 Rupiah sajaahhh perharinya. hihihiii... dikit banget yaaa?? ember cyinnn... tahun segitu itu juga udah dikit kok, apalagi sewaktu SD saya bersekolah di tempat yang boleh dikatakan paling elit (pada jamannya) dikota saya. Itupun akhirnya mendapatkan uang saku, berkat bujuk rayu abang saya kepada bapak. Abang saya saat itu emang lumayan getol memperjuangkan hak (anak) mendapatkan uang saku :v. Dengan uang saku sebanyak itu, seingat saya, hanya mampu untuk membeli 1 buah gorengan saja plus permen beberapa buah. Jika ingin mencicipi jajanan lain yang tersedia di kantin sekolah, saya harus bisa membulatkan tekad untuk tidak membelanjakan uang saku pada hari itu agar keesokan harinya saya bisa kembali ke kantin sekolah dengan perasaan jumawa.. hahhahaaa.. Lama kelamaan uang saku saya meningkat meski tak banyak, itupun terkadang kami dapatkan berkat melakukan unjuk rasa ala-ala buruh yang meminta kenaikan upah. ehhhh.. enggak ding, kami mencoba untuk melakukan rasionalisasi tentang kebutuhan dan harga jajanan yang terus meningkat di kantin sekolah. Ihhh.. saya jadi ketawa sendiri kalau membayangkannya, masih unyu-unyu dan kinyis-kinyis ternyata kami sudah punya bakat sebagai demonstran negosiator. Namun sekecil apapun peningkatan uang saku, selalu mendatangkan syukur bagi saya dan abang saya dan perasaan banggapun tak pernah lupa mengiringinya karena kami telah berhasil meyakinkan bapak dan mama untuk menambahkan kesejahteraan bagi kami.
Dengan uang saku yang minim itu, tentunya kami masih harus dibekali makanan ataupun snack yang sudah dipersiapkan mama. Biasanya mama membekali satu kotak bekal makanan untuk saya makan di bis sekolah karena sering saya melewatkan sarapan atau makan siang (waktu itu, sekolah saya punya 3 jam masuk, kelas 1,5 dan 6 masuk pada pagi hari, kelas 2 masuk pukul 11.00 WIB dan kelas 3 dan 4 masuk pukul 12.30 WIB) dan satu kotak bekal snack untuk istirahat pertama. Saat istirahat kedua, biasanya si mbak yang membantu mama dirumah, sudah datang membawa kotak bekal dan air minum lagi. hahahaa.. Kalo dibayang-bayangkan dengan jumlah makanan sebanyak itu, entah apa lagi alasan kami saat itu masih membutuhkan uang saku lagi.
Obrolan mengenai uang saku ini sebenarnya kembali menjadi pertanyaan bagi saya tentang berapa jumlah yang tepat untuk diberikan kepada anak ketika saya dan pacar sedang jalan kaki di pagi hari. Kebetulan kami melewati salah satu SD di sekitar kami tinggal sesaat sebelum anak-anak sekolah masuk. Masih sangat pagi, sudah sangat banyak orang-orang yang berjualan didepan gerbang sekolah dan sudah terlalu banyak bagi saya anak-anak sekolahan yang bergerombol mengintari gerobak-gerobak jualan mbak-mbak dan mas-mas yang berjualan. Apalagi yang menjadi momok bagi saya, yang mungkin nantinya akan menjadi calon ibu, jika bukan masalah kebersihan dan keamanan jajanan tersebut. Belum lagi, saya sempat berfikir tentang apa saja kesibukan orang tua, bukan hanya ibu loh, sehingga tidak bisa menyempatkan diri bahkan hanya untuk membuat sarapan yang layak terlebih sarat akan gizi untuk anaknya? Memberikan uang saku kepada anak, tentu saja dapat memberikan pengaruh yang baik kepada anak. Anak kemudian akan mengetahui tentang konsep uang dan terbiasa untuk dapat memutuskan sendiri bagaimana ia akan menyimpan atau menghabiskan uang yang dimilikinya, sebuah pelajaran akan tanggung jawab yang tentunya dimasa depan yang akan sangat dibutuhkan oleh sang anak. Namun tentu saja, ada sisi negatif yang mengikutinya yang mungkin bisa didapatkan oleh anak seketika itu juga atau dimasa depan. Seperti yang kita tahu dan pastinya bukan berniat untuk mendiskreditkan bakulan jajanan anak bahwa masih banyak jajanan anak disekitar kita yang masih jauh dari sehat. Jajanan anak masih banyak terpapar dari bahan-bahan kimia yang tidak aman apabila dikonsumsi dalam jumlah tidak wajar sebut saja vetsin atau msg yang kadang tidak nanggung-nanggung diberikan sehingga sangat terasa apabila kita mencicipinya, penggunaan pengawet, pewarna dan cake emulsifier yang berlebihan bukan hanya untuk membuat cake namun untuk membuat es krim yang mungkin banyak dijual disekitar kita dan anak. Yang lebih menakutkan tentu saja adalah penggunaan bahan-bahan kimia yang sebenarnya bukan diperuntukan untuk makanan. alamakkkk... merinding disko deh ngebayanginnya..
Berapapun besaran uang saku yang akan kita berikan kepada anak, sebaiknya memang disertai dengan memberikan edukasi kepada anak agar ia mampu membelanjakan uangnya dengan tepat. Dalam arti anak mampu secara bijak membelanjakan uangnya agar tidak besar pasak dari pada tiang dan juga anak dapat memilah-milah jajanan dan hal apa saja yang memang baik bagi tubuhnya sehingga uang yang dikeluarkan olehnya tidak percuma.

Senin, 03 Agustus 2015

Massaman Curry, Kari Ayam khas Thailand

Kebiasaan untuk mencari resep-resep baru di internet dan mempraktekannya sendiri sepertinya dulu dimulai ketika saya menemukan JTT, sebuah blog masakan yang menurut saya super detail dalam menjelaskan tahapan-tahapan memasak. Saya memang sangat pemula dalam bidang masak-memasak, keahlian saya dalam memasakpun hanya berdasarkan ingatan saya tentang bagaimana mama mengolah makanan untuk kami dirumah karena dulu ketika masih tinggal dirumah Pekanbaru saya sering kali enggan bila diminta untuk membantu didapur. Alhasil, hanya sedikit variasi masakan yang bisa saya olah. Awal mencoba untuk masak sendiri kost-kostan pun, mama bolak-balik saya repotkan karena harus menerima telefon saya untuk menjawab pertanyaan sepele seperti "bawangnya dipake berapa biji mam??" atau "ini numis bumbunya berapa lama ma?? nanti kalo udah matang tandanya gimana???". Tidak jarang juga saya dulu malah kebingungan dengan instruksi-instruksi yang diberikan mama.  Meski hingga saat ini pun masih banyak olahan masakan yang belum dapat saya lakukan namun kalau mengingat saat itu, saya menjadi bersyukur bahwa meskipun saya terlambat untuk belajar masak, setidaknya saya tidak begitu terlambat (ehh.. bukannya tidak ada kata terlambat untuk belajar??) :)).

Terjebak dalam Kata Autis, Lelucon (TAK) Lucu yang Membunuh

Sudah jamak memang kita sering mendengarkan kata autis yang dijadikan guyonan atau cara untuk menyindir orang-orang disekitar kita yang terlalu sibuk dengan gadget dan dunianya sendiri. Bahkan saking seringnya pun kata-kata itu sudah dianggap lumrah dan mungkin bagi sebagian orang bukan lagi hal yang dianggap menyakitkan bagi orang yang menerima sindiran tersebut. Kalau saja ada yang tersinggung atas kata-kata itu, maka tak jarang juga ia akan mendapatkan sindiran balik kalau ia bukan orang yang bisa diajak bercanda atau ga gaul!!! Ehhh.. entahlah apa memang bahasa-bahasa gaul seperti itu adanya.. Hemmm.. sulit memang jika kita sudah berhadapan dengan opini publik yang terkadang sering merancukan sebuah kebenaran. Permasalahannya kemudian seperti yang kita ketahui bahwa bahasa-bahasa gaul itu bersifat sporadis dikalangan masyarakat belakangan ini!! Hehhh.. siapa yang tahu kelak anda dan saya sama sekali tidak tahu tentang arti sebenarnya dari kata autis itu??