Senin, 27 Juli 2015

Pertanyaan Kapan Kawin, Hanya Sekedar Basa-basi saja kah???

"Everything you need, will come to you at the perfect time" (anonymous)
Sudah cukup lama keluarga besar dari pihak bapak saya tidak berkumpul bersama-sama. Sejak kedua opung saya meninggal dunia, alasan berkunjung kekampung halaman memang semakin sedikit. Maklum saja, biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing keluarga untuk membawa anak-istrinya menikmati indahnya pemandangan dan kehidupan dikampung halaman tidak sedikit bahkan mungkin bisa membuat para orang tua berteriak histeris kala mengkalkulasi jumlah pengeluaran selama dikampung halaman.  Meskipun demikian, bapak dan mama saya, mungkin banyak lagi keluarga-keluarga batak lainnya, merasa tidak pernah jera untuk mudik.
Mudik sudah menjadi tradisi bagi keluarga kecil kami, setidaknya setahun sekali bapak dan mama mengajak kami untuk melihat kampung halaman hanya sekedar berlibur untuk berziarah kemakam-makam leluhur kami untuk mengingat dan berucap syukur atas nikmat kehidupan yang masih kami miliki dan mengunjungi saudara-saudara  yang masih berada disana. Akhir tahun kemarin, ada kabar suka cita yang disampaikan oleh salah seorang adik dari bapak saya, kami memanggilnya bapa uda atau uda. setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya uda dan keluarganya akhirnya memutuskan untuk kembali mengimani dan mengamini kembali iman yang dulu dia percayai. Sungguh luar biasa, dan sungguh berita itu mendatangkan sukacita bagi kami semua, tidak hanya keluarga besar dari bapak saja namun seluruh keluarga besar kami!! Seperti yang diamanatkan oleh opung boru (nenek) saya, jauh hari sebelum kepergiannya apabila hari ini datang kami harus menyambutnya dengan penuh sukacita dan bertolong-tolongan untuk melunasi pesta adat pernikahan uda yang sempat tertunda. Inilah yang kemudian menjadi alasan yang cukup kuat bagi para keluarga lainnya untuk bersama-sama datang kekampung halaman. Saya teringat, betapa hari itu terasa sungguh istimewa kami menyaksikan bapak saya berkali-kali meneteskan air mata. bapak memang telah didaulat sebagai kepala keluarga besar kami semenjak kedua orang tuanya meninggal sehingga beban yang dahulu ditanggung oleh opung beralih kepundaknya.

Pada saat prosesi acara adat (orang batak menyebutnya mangadati) uda, sesekali saya terlibat dengan obrolan-obrolan basa-basi dengan keluarga jauh salah satunya tentang rencana untuk menikah. Sungguh menakjubkan dan membuat saya terhenyak ketika saya beberapa kali mendapati beberapa pertanyaan, mungkin itu lebih ke pernyataan menurut saya, tentang gosip-gosip yang beredar akan waktu pernikahan yang akan saya laksanakan akhir tahun berikutnya (tahun ini). Bahkan, uda-uda saya yang lainnya mengatakan bahwa agar secepatnya saya menikah sehingga mereka memiliki alasan untuk kembali mengadakan reuni keluarga meski tidak dikampung. Saya hanya bisa menanggapi itu dengan guyonan, karena memang saya dan pacar belum memiliki target secepat itu untuk segera berikrar sehidup-semati. Bukan apa-apa, saya bahkan belum dapat menyelesaikan kuliah saya hingga gosip-gosip yang tidak tahu dari mana asal muasalnya beredar. betapa saya merasa belum cukup mampu untuk menikmati bahtera rumah tangga yang konon katanya begitu banyak rintangan. Hingga saat ini pun, gosip-gosip itu masih saja beredar, bahkan bapak yang sebelumnya tidak pernah mengungkit hal itu mengucapkan harapan dan doanya ketika saya memperingati hari lahir agar saya dapat berumah tangga tahun depan. Meski saya mengamini apa yang menjadi harapan bapak, saya lagi-lagi menyambut obrolan itu dengan candaan. Siapa yang tak ingin menikah dan hidup bersama-sama dan berbagi kasih dengan orang yang dicintai, syukur-syukur Tuhan menambahkan lagi nikmatnya dengan mendapatkan buah cinta hubungan pernikahan? Namun, hal-hal baik tentu saja akan datang diwaktu yang sangat baik juga. Menanti waktu itu, semoga saya dipersiapkan dengan segala kebaikan untuk menyambut hari baik itu meski saya berharap pertanyaan-pertanyaan dengan tema itu, yang mungkin masih bisa saya tanggapi dengan guyonan, tidak lagi ditujukan kepada saya.

2 komentar:

  1. dan pertanyaan orang-orang tidak akan berhenti pada "kapan kawin?".
    Yang udah kawin pun bakal menghadapi pertanyaan demanding, lebih tepatnya kepo :"kapan hamil ? kapan punya anak?"
    yang punya anak pun bakal ngadepin :"kapan nambah lagi?"
    aaahh... people yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya mbak.. kalo memang tidak bisa dikatakan kepopun maka seolah-olah menunjukan perhatian kadang hanya dengan kata-kata seperti ini.. walah...

      Hapus